Kesehatan mental belakangan ini semakin jadi spotlight, terutama di kalangan anak muda. Tekanan dari berbagai aspek kehidupan, seperti pekerjaan, studi, atau hubungan sosial, bikin banyak orang rentan mengalami gangguan mental tanpa mereka sadari. Kali ini, Minly mau bahas beberapa jenis gangguan mental yang umum terjadi, dan siapa tahu, LocalLady bisa jadi lebih aware dengan kondisi mental diri sendiri atau orang sekitar. Sehingga, ketika kamu sudah merasakan gejala-gejalanya, kamu bisa segera mencari pertolongan profesional untuk menanganinya. Without further ado, let’s dive in!

Baca Juga: 7 Cara Mindfulness yang Simple, Bisa Kamu Coba di Rumah!

1. Depression

Depresi itu bukan cuma soal perasaan sedih yang sesekali datang. Ini jauh lebih dalam, di mana seseorang merasa kehilangan minat terhadap hal-hal yang sebelumnya disukai, merasa putus asa, dan bahkan bisa berpikir untuk menyakiti diri sendiri. Ini adalah gangguan yang bisa berlangsung lama, dan kalau dibiarkan, dampaknya nggak main-main. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), lebih dari 280 juta orang di dunia mengalami depresi, yang bisa sangat memengaruhi aktivitas harian mereka. Kalau LocalLady merasa suasana hati down terus-terusan, it’s important to reach out for help.

2. Anxiety Disorders

Sumber: iStockphoto

Anxiety mungkin sering dikira hanya rasa gugup biasa, tapi sebenarnya, gangguan kecemasan lebih kompleks dari itu. Anxiety disorder bisa bikin seseorang merasa cemas berlebihan tentang hal-hal yang seharusnya biasa saja, seperti bertemu orang baru, menghadapi situasi sosial, atau bahkan aktivitas sehari-hari yang rutin. Ciri-cirinya termasuk merasa khawatir secara terus-menerus, sulit tidur, detak jantung cepat, atau napas pendek-pendek. Di Indonesia sendiri, menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2021, angka kejadian gangguan cemas di masyarakat terus meningkat, terutama di kalangan anak muda dikarenakan keadaan yang tidak stabil akibat Covid-19.

3. Bipolar Disorder

Sumber: iStockphoto

Gangguan mental ini sering banget disalahpahami. Banyak yang ngira bipolar cuma soal mood swings, tapi sebenarnya lebih dari itu. Orang dengan bipolar disorder mengalami perubahan suasana hati yang ekstrem, dari fase mania (sangat berenergi, optimis berlebihan) ke fase depresi (sedih, putus asa). Fase ini bisa berlangsung dari hitungan minggu sampai bulan. Penyebabnya bisa dari faktor genetik dan lingkungan. Salah satu public figure internasional yang openly berbicara tentang bipolar disorder adalah Selena Gomez, yang membuktikan bahwa dengan perawatan yang tepat, gangguan ini bisa dikelola.

4. Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)

Sumber: iStockphoto

PTSD sering dikaitkan dengan pengalaman traumatis yang besar, seperti kecelakaan atau kehilangan orang terdekat. Tapi nyatanya, trauma bisa datang dari berbagai bentuk pengalaman yang berbeda-beda. PTSD terjadi saat seseorang terus-menerus mengingat trauma yang pernah dialami dan sulit move on dari kejadian tersebut. Gejalanya bisa berupa mimpi buruk, flashbacks, dan rasa takut yang intens pada situasi tertentu. Menurut National Institute of Mental Health (NIMH), PTSD nggak cuma dialami veteran perang, tapi juga korban kekerasan, kecelakaan, atau bencana alam.

5. Eating Disorders

Eating disorders termasuk anoreksia, bulimia, dan binge eating disorder, seringkali terjadi karena tekanan sosial untuk memiliki bentuk tubuh yang “ideal”. Penderita anoreksia biasanya merasa takut gemuk dan membatasi makan secara ekstrem, sedangkan bulimia melibatkan siklus makan berlebihan diikuti dengan usaha mengeluarkan makanan tersebut (seperti dengan memuntahkannya). Ini bisa berakibat buruk, bukan cuma ke mental health tapi juga fisik. Gangguan makan sering terjadi pada remaja dan wanita muda, tapi siapa pun bisa mengalaminya. Menurut American Psychological Association (APA), gangguan makan sering terkait dengan kondisi lain seperti depresi atau kecemasan.

6. Obsessive-Compulsive Disorder (OCD)

OCD bukan cuma tentang perfeksionis atau suka kebersihan. Gangguan ini melibatkan obsesi yang berulang dan kompulsi atau tindakan yang dilakukan untuk meredakan kecemasan akibat obsesi tersebut. Misalnya, seseorang dengan OCD bisa punya obsesi terhadap kebersihan, yang bikin mereka cuci tangan berulang kali. OCD bisa sangat mengganggu kehidupan sehari-hari karena penderitanya merasa “terjebak” dalam siklus obsesi dan kompulsi. Dilansir dari Mayo Clinic, penyebab OCD belum sepenuhnya diketahui, tapi diduga ada faktor genetik dan lingkungan yang berperan.

7. Borderline Personality Disorder (BPD)

BPD sering bikin penderitanya merasa sulit untuk mempertahankan hubungan yang stabil, karena suasana hati dan perilaku mereka bisa sangat berubah-ubah. Orang dengan BPD bisa merasa sangat dekat dan cinta dengan seseorang di satu momen, tapi tiba-tiba merasa ditolak dan marah di momen berikutnya. Perasaan takut ditinggalkan sangat mendominasi penderita BPD. Ini juga disertai dengan perubahan mood yang cepat dan impulsif. Di Indonesia, awareness tentang BPD masih tergolong rendah, tapi kondisi ini penting buat dipahami, especially if you or someone you know shows these symptoms.

Baca Juga: Gratitude Journal: Rahasia Self-Healing yang Simple dan Ampuh

Dengan semakin meningkatnya awareness soal mental health, penting banget buat LocalLady untuk nggak cuma sekedar tahu, tapi juga paham bahwa kesehatan mental nggak boleh dianggap remeh. Jika kamu atau orang terdekat mengalami salah satu dari jenis gangguan mental ini, segera cari bantuan profesional. Take care of your mind, it’s just as important as your body.

Oh iya, selain menjaga kesehatan mental, menjaga tubuh biar tetap fit juga penting. Salah satu cara yang bisa LocalLady lakukan adalah dengan menjaga pola makan dan asupan serat harian. Minly personally recommends Mooles fiber drink yang bisa bantu kamu memenuhi kebutuhan serat dan bikin badan lebih seimbang! Grab yours and keep your body and mind healthy!

Shares:
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *